23 Apr 2014

Plankton Sastra

Awalnya saya mendengar semua ini begitu menggaung di dunia maya, tapi akhir-akhir ini sedikit meredup.

***

Bung, kehadiran Bung di istana sastra Indonesia lewat buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh memang sangat menggemparkan. Paling tidak terdapat dua reaksi dari peristiwa yang Bung ciptakan ini. Reaksi pertama adalah penolakan terhadap Bung, dan yang kedua adalah perlawanan atas penolakan terhadap Bung. Reaksi pertama diteriakkan oleh jiwa-jiwa yang geram karena tidak sudi Bung masuk ke dalam jajaran sastrawan paling berpengaruh di Indonesia. Mereka ini Bung, hanya sekelompok buruh, mahasiswa, pekerja seni, pelajar, pedagang, tak berlabel sastrawan, tak terlalu piawai bersastra, apalagi berpengaruh dalam dunia sastra Indonesia seperti yang Bung idam-idamkan itu, tidak sama sekali, Bung. Sedangkan reaksi kedua diteriakkan oleh jiwa-jiwa yang justru mendukung keabsahan kehadiran Bung sebagai sastrawan. Tentu Bung tahu dan kenal betul siapa mereka. Mereka ini bagi sebagian orang mungkin adalah sastrawan-sastrawan kelas wahid yang menjadi corong sastra Indonesia. Tapi bagi Bung mungkin tidak demikian. Mungkin bagi Bung mereka hanyalah manusia-manusia yang dengan sedikit pelicin maka kata-kata mereka dapat Bung pesan sesuka hati Bung.

Bung. Sebegitu geram kah Bung terhadap kami yang menolak Bung sehingga kata-kata ekstremis, fasis, fundamentalis, terlontar dari Bung? Bung, mungkin dalam pandangan, Bung tak habis pikir kenapa kami sangat membenci apa yang Bung lakukan. Mungkin Bung ingin berkata-kata kepada kami, bukankah setiap orang boleh bahkan sangat boleh untuk mencipta karya? Mengapa kalian terlalu sombong dan tamak sehingga harus menapik apa pun itu yang tidak satu haluan dengan kalian? Tidak bisakah kalian menghormati apa yang sudah saya ciptakan adalah sebuah proses juga?

Tapi, Bung, apa Bung pernah tahu sosok yang bernama Squidward dalam serial kartun SpongeBob SquarePants? Mereka tinggal di dasar laut yang mereka namakan Bikini Bottom. Sosok Squidward yang selalu sinis kepada siapa pun terlebih kepada SpongeBob. Squidward selalu merasa dirinya jauh lebih dari orang-orang di sekitarnya. Squidward yang selalu marah jika SpongeBob dengan segala kepolosannya mengajarkan Squidward bagaimana cara bermain Klarinet yang benar. Squidward yang selalu sombong dan selalu merasa jauh memiliki kemampuan dalam berseni. Padahal semua tahu kalau SpongeBob jauh lebih mengerti bagaimana mencipta seni. Kenapa Squidward selalu tidak terima dengan kritik? Kenapa Squidward selalu marah jika orang lain ada yang ingin meluruskannya? Kenapa Squidward selalu menilai orang lain seakan-akan bersikap ekstremis, fasis, fundamentalis terhadapnya?

Atau Bung mungkin tahu siapa Plankton? Plankton adalah pemilik restoran Chum Bucket yang selalu ingin mencuri resep rahasia Krabi Patti milik Tuan Krab, bos SpongeBob di restoran Krusty Crabs. Plankton ini punya segala-galanya, Bung, uang, senjata, dan peralatan komputer super canggih, bahkan istrinya pun adalah computer bikinannya sendiri, namanya Karen. Tapi Bung, hidup Plankton tidak pernah bahagia, ia selalu iri dengan restoran Tuan Krab yang selalu ramai dikunjungi pelanggar.

Plankton tidak butuh uang, Bung. Yang ia butuhkan hanyalah resep rahasia, itu saja. Segala taktik, segala kepalsuan, bertahun-tahun lamanya, beribu-ribu cara ia coba mencuri resep rahasia, tapi tetap ia tak pernah mendapatkannya. Plankton ini sangat malas, Bung. Ia hanya mengandalkan harta dan kecanggihan yang ia miliki demi mengejar ambisinya: resep rahasia Krabi Patti. Jadi Bung, kalau ceritanya kemudian Plankton berhasil mencuri resep Krabi Patti, tentu itu sebuah kerancuan yang sangat besar kan, Bung? Itu cerita yang ekstrem, Bung!

Atau Bung pernah mendengar dongeng tentang seorang bocah yang sangat terobsesi dengan layangan hasil “mengejar”. Baginya, layangan yang didapat dengan hasil mengejar itu sangat keren, mungkin ia pikir layangan itu sangat berarti karena memiliki cerita. Tapi Bung, bocah ini sangat penakut dan mungkin malas kotor-kotoran mengejar layangan yang putus. Karena tidak mau capek dan berlari, bocah ini lalu memilih untuk membeli layangan baru dan mengkalimnya sebagai layangan hasil pengejarannya. Saya tidak pernah tahu bagaimana ia menikmati hal itu, Bung? Bagaimana ia dapat menikmati segala kepalsuan itu, Bung?

Hijrah Ahmad 
Sering Nongkrong di Krusty Crab



Tidak ada komentar:

Posting Komentar